Di era sekarang sudah tidak terbantahkan lagi pelajaran dan pembelajaran sudah sangat mudah didapatkan yang penting ada kemauan. Media online internet seakan membuka batasan antara guru dan siswa yang melakukan proses pembelajaran di ruang kelas. Hadirnya teknologi yang memasuki era revolusi industry 4.0 membuat akses pembelajaran bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Dengan demikian perguruan tinggi mempunyai tantangan tersendiri untuk menghadipi hal tersebut, karena banyaknya praktisi- praktisi yang professional ternyata lahir malah bukan dari pendidikan resmi. Masih belum lama ini terdengar kabar seorang mekanink motor yang berada di Sulawesi selatan yang mampu membuat pesawat terbang dan berhasil menguji coba untuk menerbangkannya. Hal ini ternyata menarik beberapa perhatian media untuk meliputnya dan yang lebih menghebohkan lagi ternyata sang pembuat pesawat terbang tersebut bukanlah seorang yang menyandang gelar serjana bahkan tamat SD-pun dia tidak selesai.


Hal ini akan menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi setiap perguruan tinggi, apalagi dengan hadirnya pernyataan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa kedepan Ijazah tidak akan lagi berfungsi, walaupun banyak yang mengkritisi hal tersebut dari berbagai praktisi pendidikan. Namu melihat dari fakta yang ada dimana semakin hari banyaknya lulusan yang ternyata tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan banyaknya lulusan serjana yang ternyata bekerja tidak sesuai bidang keahliannya.

Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun 2018 mencatat sekitar 8,8% dari total 7 juta pengangguran di indonseia adalah serjana. Kondisi tersebut sangat menhawatirkan mengingat persaingan untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin ketat dengan datangnya era 4.0. Oleh karena itu perguruan tinggi sudah seharunya berbenah terlebih dengan meningkatkan SDM-nya terlebih dahulu dalam pemanfaatan teknologi yang ada seperti penggunaan HP untuk mendukung E- learning mobile. Walaupun HP sudah terkenal tapi ternyata masih banyak dari kalangan praktisi pendidikan ternyata belum bisa memanfaatkannya untuk pendidikan.

Penggunaan HP yang sudah hampir merata dan menyentuk kalangan anak- anak sampai orang dewasa dan menjadi salah satu tanda perkembangan dalam era 4.0 dan ini menjadi tantangan di dunia pendidikan terkhususnya pedidikan perguruan tinggin yang di mana terkadang mahasiswa sudah lebih pintar dibandingkan denga Dosen dalam penggunaan HP. Penggunaan HP dalam kalangan mahasiswa kemungkianan sudah tidak menjadi barang baru lagi namun ada hal yang berbeda ketika HP yang sering di gunakan mahasiswa dalam kehidupan sehari hanya untuk bersosialmedia kini menjadi tempat untuk bertukar materi perkuliahan sharing antara dosen dan mahasiswa. Sebagai contoh dalam pembelajaran Bahasa Inggris di Stikes Muhammadiyah gombong sudah menggunakan e-learning berbasis Google classroom dan Edu untuk menyampaikan informasi perkuliahan baik yang belum maupun yang sudah dipelajari dan setiap mahasiswa bisa mengasesnya menggunakan HPnya sendiri, namun semuanya harus didukung sama kemampuan SDM yang Update dengan perkembangan di era 4.0.

Salah satu seminar yang pernah di adakan LLDIKTI pada tahun 2018 tentang pengaruh Era Industri 4.0 di perguruan tinggi yang di tandai dengan Penggunaan Mesin-mesin Automasi Yang Terintegrasi Jaringan Internet, Oleh Karena Itu Peranan setiap Perguruan Tinggi Sangatlah Penting Mendukung Kebijakan tersebut baik dalam mempersiapkan SDM untuk Terwujudnya Industri 4.0.
Dari seminar tersebut Dosen dan seluruh staff di tuntut untuk selalu Update dengan perkembangan zaman terkhususnya di era sekarang 4.0. serta ditutuk untuk bisa memprediksi tantangan yang akan dihadapi dimasa yang akan dating. Melihat perubahan itu perguruan tinggi terkhususnya di Stikes Muhammadiyah gombong berbenah dalam menghadapi dan mengambil peran untuk pengembangan revolusi industry 4.0 salah satunya penggunaan internet atau berbasis online dalam perkuliahan dan tatap muka di kelas (E-learning). Serta penggunaan absensi sudah tidak menggunakan kertas lagi dan menggunakan SIMAK (system informasi management academic) yang berbasis online.
Maka untuk tetap bertahan perguruan tinggi sudah seharusnya menwarkan pemecahan masalah dan memberi prediksi – prediksi yang akan terjadi di masa yang akan datang sehingga lulusan yang dihasilkan tidaklah memiliki ilmu yang ketinggalan zaman.